Senin, 30 November 2020

Novel Three Hours Hearing Your Love by Dhea Puspita (Part 1)

 

HANNA SALSABILA WANJAYA

 

              Pagi di 21 Desember 2018 ini sama saja seperti pagi biasanya di Banten,  Hanna terbangun karena suara ribut dari benda bulat berwarna biru muda yang ia simpan di atas nakas, benda itu adalah jam weker kesayangannya. Hanna terbangun tepat pukul 05.30, dengan langkah gontai ia berjalan menuju meja belajarnya karena ia harus menyelesaikan tugas sekolahnya yang tertunda semalam karena ngantuk yang tak tertahan.

              Tiba – tiba pintu kamarnya terketok “ tok..tok..tok, Hanna ayo bangun nak?” Hanna bergegas membuka pintu tepat dibalik pintu terlihat wajah seseorang wanita yang cantik layaknya bidadari, wanita  yang bernama Monatania Wanjaya itu merupakan mama Hanna.

                   “selamat pagi mama” sapa Hanna pada mamanya

                   “ya selamat pagi sayang, Hanna mari bantu mama siapkan sarapan?”

              Maklum saja Mona tidak memiliki pembantu rumah tangga selain itu Hanna juga merupakan anak perempuan  semata wayang sudah selayaknya ia mengajarkan anaknya untuk turun tangan dalam urusan dapur.  

                   “yah mama, maaf Hanna harus menyelesaikan tugas Hanna karena pagi ini akan  dikumpul”

“ ia deh, kerjakan saja tugasnya. Hanna mau sarapan apa hari ini?” tanya mama

“hmmm Hanna mau makan nasi goreng buatan mama Hanna yang sangat cantik sedunia” gombal Hanna pada mamanya.

                   “ok tuan putri” balas mama Hanna.

              Sekarang tepat pukul  6 pagi Hanna masih berkutat dengan tugasnya, Hanna tidak menyadari munculnya sang mentari yang sinarnya menembus horden birunya mungkin karena ia terlalu serius ditambah lagi dengan earphone biru yang ada ditelinganya yang mendengarkan lagu dari HanHae yang berjudul LOVE.

                   “Hanna kenapa belum siap-siap ke sekolah nak? udah jam 6 loh” suara mama yang mengagetkan Hanna.

                   “eh mama, ya ampun Hanna bakalan lambat nih ma. Makasih mama ku yang cantik”

                   “ia sana buruan mandi, mama tunggu di meja makan ya”ucap mama seraya berjalan keluar kamar Hanna.

              Hanna menyambar handuk doraemonnya yang bergantung tepat di sebelah lemari bajunya dan bergegas menuju kamar mandi,setelah beberapa menit kini Hanna telah duduk di depan meja hiasnya, ia memberi sedikit liptint dibibir mungilnya tidak lupa sedikit bedak untuk menutupi kantung mata hitamnya yang ia dapat karena mengerjakan tugas hingga larut malam. Sekali lagi ia menatap dirinya di cermin untuk memastikan penampilannya rapi seperti biasanya. Kemudian ia merapikan buku dan peralatan tulisnya dan memasukkan ke dalam tas ransel miliknya.

              Hanna kembali melihat ke dalam ransel birunya, mengecek apakah ada barang yang ketinggalan. Dari bawah terdengar suara mama yang memanggil Hanna untuk cepat turun ke bawah, hal itu membuat Hanna bergegas turun.

              Ia menemui ayahnya di meja makan  “selamat pagi ayah” sapanya pada ayahnya yaitu Roland Wanjaya yang sedang membaca koran sembari menikmati kopi pagi.

                   “Pagi juga my princess” jawab ayah Hanna dengan senyum lebar di bibirnya.

                   “Hanna ini nasi goreng untuk mu nak” ucap Mona sembari memberikan sesendok nasi goreng di piring hanna.

                   “Hmm enak mama, mantap nih” puji Hanna.

                   “Oh ia hari ini ada kabar gembira loh” ucap Roland yang membuat Hanna penasaran

                   “Ada apa ayah?”tanya Hanna yang sangat penasaran

                   “Hari ini nenek akan datang kerumah kita” jawab Roland, sontak membuat Hanna sangat kaget mendengar hal itu.

                   “Hah nenek hari ini datang kerumah kita? Ayah serius kan yah?”

                   “Ia hanna sayang” jawab Roland

                   “Yeeeee” sorak Hanna sangat bersemangat, bagaimana tidak sudah lebih dari 4 tahun lamanya Hanna tidak bertemu dengan neneknya, hal itu karena nenek  Hanna tinggal di Jakarta  tentu ia sangat menunggu moment ini untuk saling bertukar rindu bersama neneknya.

                   “Sebentar kita jemput nenek di bandara bareng-bareng ya, nanti mama dan ayah jemput Hanna di sekolah” ucap Mona.

                   “Wih asik Hanna bakalan di jemput ayah dan mama” ucapnya semangat bagaimana tidak dari SMP Hanna sudah tidak dijemput ataupun diantar lagi oleh orang tuanya. Hanna sudah terbiasa berangkat ataupun pulang sekolah menggunakan angkot dan Gojek hal itu disebabkan orang tua Hanna yang sangat sibuk dengan pekerjannya.

                   “Ayah bagaimana setelah kita menjeput nenek dari bandara kita pergi ke pantai Anyer Banten karena beberapa hari ini di sore harinya akan ada festival, hanna yakin itu bakalan seru” pinta Hanna pada ayahnya

                   “Ok deh, apasih yang enggak buat putri ayah ini. Kebetulan juga ayah udah atur jadwal untuk sore dan malam nanti”

                   “Yee,ayah Hanna yang terbaik. Love you”

||

 

              Sekali lagi Hanna melihat jam cokelat kecil yang melingkar ditangannya, kini ia sangat resah karena sebentar lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup tepat dipukul 07.15 WIB. Rok abu-abunya berkibar layaknya bendera karena tiupan angin akibat abang ojek yang melajukan sepeda motornya sedikit laju atas perintah Hanna.

                   “Bang stop...stop...stop” perintah Hanna pada abang ojek, kemudian dengan sigap abang ojek menarik rem motor hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

                   “Ada apa neng ?”tanya abang ojek.

                   “Lah bang inikan sekolah saya, masa mau dilewatin kan tujuannya emang kesini” ucap Hanna sedikit kesal kepada abang ojek.

                   “Ya maaf neng, lagi gak fokus nih abisnya semalam cekcok sama pacar” ucap bang ojek sambil cengar-cengir.

                   “Yaelah abang curhat, nih bang ongkosnya dah ketutup nih pagar sekolah Hanna” ucap Hanna memberikan uang selembaran RP. 20.000,00.

                   “Ok makasih neng, yang rajin belajarnya biar gak kaya abang jadi tukang ojek mana bucin pula” canda abang ojek kepada  Hanna.

                   “Ia bang, baikan ama pacarnya bang biar fokus kerjanya kasian tuh nanti penumpangnya bang” teriak Hanna seraya lari menuju gerbang sekolahnya.

                   “Aduh udah kekunci lagi pagarnya, pasti pak Saiful udah masuk kelas juga nih. Aku harus bisa masuk kalau enggak bakalan rugi PR biologi yang aku buat susah-susah. Kan karena ini juga aku lambat” pikir Hanna membatin tidak jauh dari Hanna berdiri terlihat seorang laki-laki berbadan gempal yang berjalan mendekatinya.

                   “Lah neng Hanna Salsabila Wanjaya kenapa tumben lambat neng?” tanya pak Agus seraya membaca name tag yang terkait di kemeja putih Hanna. Pak agus merupakan satpam dari SMA Harapan Bangsa yang merupakan sekolah bertaraf internasional.

                   “Hmm itu pak anu... tadi kan abang ojek yang Hanna tumpangin lagi galau, eh terus abangnya curhat  ya mau nggak mau Hanna tanggepin dong pak. Karena ngobrol abang ojeknya bawa motornya pelan, kan gak enak Hanna sama abang ojeknya kalau gak didengerin curhatannya. Bapak kan tau sendiri kita sebagai manusia harus saling menolong” jawab Hanna yang kelagapan karena tidak tau harus membuat alasan apa kini hatinya terus membatin karena alasannya tidak sepenuhnya benar.

                   “Ada-ada aja neng Hanna,emang neng ada nolong apa sama abang ojeknya?”

                   “Lah pak agus mah, kan Hanna ngebantu dengerin curhatan bang ojek, karena Hanna dengerin curhatan bang ojeknya bisa lega dan gak beban lagi. Nah itu tandanya Hanna udah nolong abang ojek, jadi anggap aja itu penerapan dari pelajaran agama dan pkn yang Hanna dapetin di kelas pak” ucap Hanna asal bicara.

                   “Oh gitu ya udah, lanjutin aja neng nolong bang ojeknya biar dapat 100 nilai ketrampilannya ” ledek pak Agus.

                   “Yah kok gitu sih pak, pliss kasih Hanna masuk. Kan Hanna baru sekali ini lambat” pinta Hanna memelas.

                   “Hmm ok deh, cepetan masuk neng. Tapi janji jangan lambat lagi ntar pak Agus dimarah ama kepsek lagi”

              Ucapan pak Agus tadi disambut dengan senyuman manis melebihi manis dari gulali kesukaan Hanna, hingga penjaga sekolah itu-pun tak luput terpesona dari kecantikan Hanna ditambah dengan lesung pipi di setiap kiri dan kanan pipinya.

“Ok pak, Hanna janji gak bakalan lambat lagi” jawab Hanna dengan membentuk jari peace.

              Tiba – tiba saat Hanna akan beranjak masuk, terdengar suara decitan motor  yang  mengagetkan Hanna dan tentunya pak Agus karena ditarik keras oleh pengendaranya. Belum lagi suara dari knalpot  bogar yang dikelurkan dari motor itu yang sangat mengganggu pendengaran. Sang pengendara dengan celana abu-abunya itu dengan percaya diri membuka helm dan ternyata orang-orang dibalik helm itu adalah Julian Aldibara Borez bersama teman-teman geng-nya yang bernama trio-gans yang berarti tiga laki-laki ganteng yaitu Kenny Deniel Handoko dan Aldo Juan Prasasta, tak sepenuhnya salah sebenarnya mereka memberi nama geng mereka seperti itu karena faktanya ketiga lelaki ini memang memiliki penampilan yang menarik apalagi dimata kaum wanita. Julian sendiri merupakan cowok tampan berdarah Italia yang memiliki mata elang, hidung layaknya perosotan anak-anak dan tidak lupa dengan kulit putihnya yang merupakan hasil pernikahan Alex Kristiano Borez dengan Teristiana Ayu Borez. Julian adalah tetangga dan merupakan teman Hanna dari kecil tapi entah mengapa mereka berdua ini susah untuk akur seperti kartun kesayangan mereka berdua Tom and Jerry. Ejekkan yang selalu menjelekkan pribadi masing-masing tidak akan terhindari jika mereka berdua bertemu.

                   “Wihh sejarah baru si Hanna Salsabila Wanjaya anak cupu dateng lambat” ucap Julian tanpa merasa bersalah yang kemudian terdengar gelak tawa dari teman-temannya.

                   “Apaan sih lu, bacot amat pagi-pagi. Oh ia pak jangan dimasukkin tuh Julian sama dayang-dayangnya udah lambat banget mereka” kesal Hanna seraya berjalan masuk.

                   “Enak aja lu ngomong kecebong, lu juga lambat kali. Kalau lambat ya tetap lambat”

              Oceh Julian membela di tambah lagi dengan ocehan sahabatnya yang tak terima kata-kata Hanna tadi. Namun ocehan mereka tidak didengarkan oleh Hanna yang telah masuk ke sekolah.

||

 

              Hanna berjalan melewati koridor kelas dengan menjinjitkan kakinya agar tidak terdengar bunyi dari setiap langkahnya. Hanna sangat malu jika ketahuan lambat, dan ini adalah kali pertama Hanna lambat sebenarnya. Kini Hanna sedang berdiri tepat di pintu kelas X-1 yang merupakan kelasnya sendiri, jantungnya berdebar tak karuan. Hanna mencoba mendengar apakah ada suara pak Saiful di dalam kelas namun Hanna tak mendengar sedikitpun suara dari kelasnya bahkan suara brisik dari teman-temannya, akhirnya Hanna memutuskan untuk mengintip lewat celah pintu yang tak tertutup rapat, tiba-tiba pintu terbuka dari arah dalam dan tentu hal itu tentu mengagetkan Hanna.

                   “Pak...pak... maafin Hanna lambat, Hanna gak sengaja kok lambatnya gara-gara abang ojeknya kok pak” ucap Hanna ketakutan dengan kepala yang menunduk karena takut melihat kemurkaan dari guru biologinya itu.

                   “Dek.. dek kenapa lu” sontak suara itu mengagetkan Hanna, karena Hanna yakin itu bukan suara pak Saiful dan benar saja suara itu adalah suara kak Leo yang merupakan pengurus osis tampan disekolahnya.

                   “Eh kak itu anu... tadi kirain pak Saiful” jawab Hanna cengengesan.

                   “Guru-guru pada gak masuk kelas, soalnya lagi rapat. Jadi biar siswa gak kemana-mana disuruh kepsek buat sosialisasi dadakan deh di auditorium. Lo kesana juga ya!” ucap Leo memberi informasi.

                   “Eh ia kak, pantesan tadi pas Hanna lewat di koridor kelas pada sepi” ucap Hanna yang kemudian membuntuti pengurus osis tampan di depannya.

                   “Eh BTW kakak tadi lagi apa dikelas Hanna?” tanyanya penasaran.

                   “Gue cuma ngecek kelas aja sih, sapa tau ada siswa yang enak-enakan molor di kelas” ucap Leo senyum dengan gigi ginsulnya yang membuat siapapun pasti meleleh dibuatnya tanpa terkecuali Hanna.

                   Hanna memasuki ruangan audit yang dipenuhi dengan siswa, hampir semua siswa disana memusatkan perhatian mereka kearahnya. Tapi Hanna tau itu bukan karena ada dirinya melainkan karena didepannya ini terdapat kakak Leonardo Edwin cogans dari pengurus osis.

                   “Hanna sini lu” teriak Cloudya Larastya Devaro yang merupakan sahabat Hanna, melambaikan tangannya yang kemudian dibalas anggukan oleh Hanna.

                   “Tumben-tumbenan lu lambat han, ngapa lu?” tanya Cloudya kepo.

                   “Biasa gue nyambung kerja tugas pagi, eh malah keasikan lupa ama waktu” jawab Hanna fokus sama pemabawa materi sosialisasi.

                   “Lo udah kerja pr pak Saiful, gue liat ya?” pinta Cloudya dengan wajah sok imutnya.

                   “Boleh aja sih yang penting traktir gue makan di kantin sayang-sayang,ok?” pinta Hanna dengan memperlihatkan senyum jahatnya.

                   “Ih kok gitu sih, ama temen sendiri juga ”jawab cloudya yang manyun-manyun.

                   “Suit..suit..suit” bisik seseorang dibelakang Hanna yang memutuskan pembicaraannya dengan Cloudy, seseorang itu tidak lain adalah Julian tidak lupa dayang-dayangnya yang selalu ada dimana-pun julian berada.

                   “Apaan sih curuk butuh perhatian ya, kasian amat gak ada yang perhatiin lu” ejek Hanna puas.

                   “Kecebong tau apa lu, lebih ngenes lo kali dari pada gue” cemoh Julian karena mengetahui bahwa Hanna memang tidak pernah mengalami hubungan asmara hingga saat ini.

                   “Kalian tuh ya, udah sama-sama ngenes juga saling sok paling bahagia aja. Hati-hati loh gue sering nonton ftv dari benci jadi cinta lo” ucap Kenny disambung gelak tawa dirinya dan Aldo.

                   “Bacot aja lu curut, diem bisa gak sih. Mau gue tampol tu bibir pake swallow” sengit Hanna membuat gelak tawa itu tidak terdengar kembali, karena mereka tau Hanna tidak pernah main-main dengan kata-katanya.

            Omongan Kenny itu sebenarnya ada benarnya karena Julian memang merasa ada percikan-percikan rasa suka di hatinya saat ia melihat Hanna. Tapi ia bingung wajarkah seorang teman mencintai temannya sendiri? Tanpa ia sadari sedari tadi mata Julian terus saja menatap punggung  gadis di depannya ini, dan hal itu terlihat oleh Kenny dan Aldo.

                   “Bro lu kasian banget deh gue lihat, udahlah jangan gengsi lo” ucap Aldo menggetkan Julian dan mengalihkan pandangannya kepada Aldo.

                   “Apaan sih lu, gue lagi lihat pemateri kok” ucap Julian beralasan

                   “LOL banget lu, gue kasi tau lo ya, lo Cuma lihat dia dari belakang nah sedangkan noh si Leo merhatiin si doi dari depan pake acara senyum-senyum lagi.” Ucap Kenny dan menunjuk ke arah depan. Dan memang benar yang dikatakan Kenny, saat ini hati Julian benar-benar hancur melihat Hanna juga membalas senyum dari Leo. Dalam hatinya ia sangat marah, kecewa dan sedih tapi seharusnya perasaan itu tidak pantas untuk ia miliki karena apa hak ia atas Hanna.

              Dan kini mood Julian benar-benar tidak bagus, ia harus melihat orang yang ia suka sedang di dekati oleh orang lain, hingga sosialisasi brakhirpun Julian masih saja kaku menahan emosi sedangkan kedua temannya yang mengerti dengan persaannya kini hanya terdiam. Julian benar-benar ingin rasanya ia berjalan kedepan dan menonjok bibir Leo yang sedari tadi cengar-cengir mirip kuda itu.

              Hanna melihat jam cokelat kecilnya yang menunjukkan pukul 01.30 pantas saja cacing diperutnya sudah meronta kelaparan karena memang sudah melewati jam makan siang Hanna.

                   “Cloud makan kuy?” ajak hanna

                   “Kuy lah, laper juga gue nih” ucap Cloud kemudian dua remaja cantik itu meninggalkan gedung auditorium menuju kantin sayang-sayang. Mereka memilih duduk dibagian sudut kantin, ada beberapa alasan mereka selalu duduk disana saat makan dikantin yang paling pertama adalah kakak kelas. Mereka sudah sangat muak dengan drama kakak kelas yang disalamin tidak menyaut dan tidak disalamin bakalan nge-hujat.

                   “Sumpah gila ya tuh si anak osis ngadain sosialisasi setengah harian, jahat banget deh mereka Cloud kesel...kesel... benci banget deh” ucap Cloudya dengan menirukan suara khas anak-anak.

                   “Udah deh cloud jangan lebay lu” ucap hanna tegas.

                   “Kalau menurut gue sosialisasi tadi bermanfaat banget tau untuk membuka pemahaman orang lain, biar gak kaya lo semua” tambah Hanna yang tentunya membuat cloud kesal.

                   “Apaan juga, masa sosialisasi tentang orang kebutuhan khusus sama kita kan gak cocok Hanna.”

                   “Ini nih makanya dengan adanya sosialisasi ini bisa ubah mindset kita biar lebih maju, lo itu orang yang harus bersyukur karena gak ada cacat apa-apa. Fisik lo lengkap, nah sebagai manusia yang memiliki martabat tinggi dimata tuhan kita itu harus bisa membimbing teman kita yang sedang berada di fase seperti itu” celoteh Hanna panjang untuk sahabatnya. 

                   “Se aeee lu aja Han, gue mau makan laperrr banget” jawab Cloudya menutup perdebatan karena Cloud tau berdebat dengan Hanna tidak akan bisa melihat garis akhirnya.

                   “Yes, tinggal satu jam setengah lagi nih kita pulang” ucap Hanna semangat mengingat rencana pagi tadi bersama ayah dan mamanya.

                   “Tumben amat lu semangat mau pulang, biasanya juga lu kesel habisnya mau digombalin ama bang supir angkotnya” ucap Cloud meledek Hanna.

                   “Enak aja lo, kali ini gue bakalan dijemput ama ortu gue” jawab Hanna percayadiri

                   “Wiss, akhirnya Hanna dijemput juga lu sama ortu lo, terharu gue Han” canda Cloud lebay membuat Hanna kesal.

                   “Resee luu, kudanil” jawab Hanna kesal.

                   “Ngambekan aja lu kadal” balas Cloudya.

                   “Otak lo tuh yang kadal, anter gue ke kamar mandi yuk?”

                   “Sorry nih ratu, gue mau ama boyfriend ganteng gue” ucap Cloudya menunjuk Kenny yang sudah menunggu di depan pintu kantin.

                   “udah sono nanti pangeran lu di embat orang lain lagi” kekeh Hanna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Three Hours Hearing Your Love by Dhea Puspita (Part 2)

  E MANG   TOM & JERRY BISA BAIKAN?             Kini Hanna telah mengganti pakaian putih abu-abunya dengan dress selutut berwarna abu-...