Senin, 30 November 2020

Novel Three Hours Hearing Your Love by Dhea Puspita (Part 2)

 

EMANG  TOM & JERRY BISA BAIKAN?

            Kini Hanna telah mengganti pakaian putih abu-abunya dengan dress selutut berwarna abu-abu muda yang terlihat casual. Namu sudah 2 jam lebih dari waktu pulang sekolah Hanna menunggu di depan gerbang sekolah SMA Pelita Harapan  tercintanya, namun tak kunjung juga ia melihat mobil yang dikendarai oleh orang tuanya. Tiba-tiba suara klakson mengagetkannya, Hanna tau orang di balik helm pastinya si Julian.

                   “Lu ngapain belum pulang kecebong, mana ganti pakaian gitu lagi. Jangan-jangan lu mau pergi sama om-om ya?” ucap Julian yang sebenarnya hanya basa-basi

                   “Julian lo bisa gak sih jangan ganggu-ganggu gue dan jangan omong sama gue kalau Cuma ngomong yang gak penting dan gak guna kaya gitu, lo itu gak bisa baca ekspresi muka gue ya kalau ketemu lo itu gue sebel tau gak” pekik Hanna sangat kesal bersamaan dengan hancurnya hati Julian berkeping-keping bagaimana tidak gadis yang disukainya itu ternyata sangat membencinya. Namun ia tak akan menyerah ia akan berjuang dan kini ia benar-benar menyadari perasannya kepada Hanna benar-benar nyata bukan hanya halusi karena hormon pubernya yang sedang berkembang.

                   “Oh jadi lo gak mau yang gak serius ya, gue kira selama ini lo sukanya sama cowok yang humoris gitu, eh ternyata gue salah. Ya udah nanti gue bakalan ngomong serius sama lo dan lo janji harus jawab serius juga ok?” perkataan Julian benar-benar membuat Hanna menjadi bingung sekaligus takut bagaimana tidak Julian berkata begitu dengan benar-benar menatap bola matanya.

                   “Apaan sih, lo mau ngomong serius apaan? Bicara aja kali” jawab Hanna

                   “Ok gue sebenarnya itu...”omongan Julian terhenti karena handpone Hanna berdering dan kemudian ia mengangkatnya.

                   “Ya ma, mama dimana?”

                   “Nak mama dan ayah gak bisa jemput kamu sekarang, maaf ya. Kalau urusan nenek ayah sudah kirim stafnya untuk jemput nenek. Soalnya malam ini tiba-tiba saja ada meeting mendadak, maafkan kami ya.

                   “Ok mah, gak apa-apa kok”

“Kamu pulangnya sama Julian ya, tadi mama udah nelpon Julian katanya dia masih di sekolah lagi main basket coba kamu cari dia” kini Hanna mengerti keberadaan Julian di sini atas perintah mamanya.

                   “Kok gitu sih ma, Hanna gak mau sama curut songong kaya dia.“

                   “Udah, gak boleh gitu sama Julian. Kamu kalau nunggu angkot juga gak bakal ada jam segini”

                   “Tut...tut...tut” telpon di putus sepihak oleh mama Hanna, membuat Hanna bertambah kesal.

              Setelah pembicaraan di telpon itu berakhir, suasana berubah menjadi hening Julian maupun Hanna tidak ada yang mengeluarkan suara. Hanna melihat Julian yang sedang memandang kosong lurus kedepan, sebenarnya Hanna ingin mengatakan bahwa ia ingin menumpang dengan Julian selain itu seharusnya Julian sendiri juga sudah tahu apa yang sedang Hanna pikirkan. Lama dalam keheningan dan sinar mentari yang tadi menguning kini berangsur hilang menyisakan kegelapan. Hanna semakin kesal dengan Julian, sangat gengsi bagi Hanna untuk berbicara dengan Julian, mengingat tadi ia sudah marah kepada Julian. Kemudian ia memilih untuk berjalan saja.

              Sedangkan Julian terkejut melihat Hanna yang kini sudah tidak berada di sampingnya. Hal itu pasti karena dirinya tadi melamun, sebenarnya sedari tadi Julian sedang memikirkan apa yang harus ia katakan ke pada Hanna. Ia sedang memikirkan apakah ini waktu dan momen yang pas untuknya menyatakan perasaannya kepada Hanna, ia benar-benar merasa sangat bodoh kali ini belum saja menyatakan perasaannya Julian malah menambah kekesalan Hanna pada dirinya, Julian khawatir pada Hanna selain itu ia juga sudah mendapat pesan dari tante Mona untuk mengantar Hanna, tanpa menunda-nunda Julian kemudian bergegas menyusul Hanna.

              Tidak lama Julian melihat Hanna sedang berjalan di atas trotoar sembari menendang-nendangkan kakinya hal itu benar-benar membuktikan bahwa Hanna sangat kesal. Kemudian Julian memepetkan motornya ke trotoar.

                   “Sini bareng gue” ucapan Julian itu tidak mendapat respon apa-apa dari Hanna yang malah tetap berjalan mendahului Julian. Melihat hal itu Julian berlari mengejar Hanna seraya menarik pergelangan tangan Hanna untuk menghentikan Hanna.

                   “Apaan sih lo” bentak Hanna

                   “Lo yang apa-apaan kaya bocah aja”

                   “Eh bukannya lo yang gak mau nganter gue kan?”

                   “Siapa yang bilang sih, gue cuma ngelamun doang kok”

                   “Alasan lo itu gak logis banget deh Julian, udah deh kalau lo Cuma terpaksa nganter gue karena mama gue, lebih baik gak usa” ucap Hanna hendak kembali jalan namun pergelangan tangannya di genggam  erat oleh Julian.

                   “Gue juga ngelamun mikirin lo cebong” ucap Julian tak sadar dengan yang ia ucapkan

                   “Maksud lo apa sih?”

                   “Udah gak perlu dipikirin” ucap Julian seraya menarik Hanna menuju motornya

              Julian memasangkan helm ke Hanna dan mengaitkannya sedangkan Hanna masih dalam Mood yang sama. Wajah cemberut Hanna benar-benar sangat kentara bagi Julian bagaimana tidak mereka telah bersama selama 16 tahun. Kemudian Julian menyalakan motor Ninja hitamnya dan membelah keramaian jalan, menyadari Hanna yang tak berpegangan padanya Julian kemudian menarik rem motornya mendadak dan tentu saja hal itu membuat Hanna tersentak ke depan. Sebenarnya hal itu hanya iseng Julian saja.

                   “Lo gimana sih, mau mati jangan ngajak orang dong” teriak Hanna kesal

                   “Makanya pegangan” jawab Julian senyum setidaknya ia sudah sedikit tenang karena gadis di belakangnya ini sudah berbicara, karena sedari tadi ketika Julian berbicara Hanna tak membalas apalagi menghiraukannya.

              Sekitar 30 menit mereka baru sampai di depan rumah Hanna, keadaan rumah Hanna benar-benar sangat gelap, lampu rumah Hanna mati karena saklarnya yang tidak di on kan. Julian tau benar bahwa Hanna sangat takut dengan kegelapan, saat Hanna hendak masuk ke dalam gerbang rumahnya Julian kemudian mengikutinya dari belakang.

                   “Lo kenapa ikut masuk, lupa ya rumah lo itu di samping”

                   “Enggak gue Cuma mau nemenin lo”

                   “Gue nggak perlu”

                   “Oh ok”

              Kemudian Julian beranjak pergi meninggalkan Hanna, baru berapa langkah Julian berjalan. Tiba-tiba saja kucing liar melompat dari semak di taman rumah Hanna dan hal itu membuat Hanna terkejut ia menjerit ketakutan. Sedangkan Julian yang melihat hal itu hanya tertawa puas.

                   “Sama kucing aja lu takut” ledek julian kemudian berjalan menuju motornya. Saat hendak menaiki motornya Hanna memanggil Julian, senyum langsung saja terlukis di wajah Julian hal itu menandakan bahwa Hanna tidak sepenuhnya marah kepadanya.

                   “Kenapa ?” tanya Julian sedikit dingin.

                   “Ih kok lo gitu sih, tega banget sama gue” ucap Hanna tersendat-sendat karena tangisnya.

                   “Kan lo sendiri yang gak mau gue temenin”

                   “Kok Julian yang sekarang gak sebaik Julian yang dulu sih” lagi-lagi Hanna menangis di tengah ucapannya. Julian tidak heran dengan sikap yang di miliki Hanna ini, Hanna di luarnya nampak kuat padahal ia memang tak lebih dari anak gadis yang sangat manja.

                   “Ia sini gue bantuin nyalain lampunya, kunci rumah lo mana?” tanya Julian kemudian Hanna memberikan kunci rumahnya ke tangan Julian.

              Setelah lampu rumah Hanna semua sudah menyala, barulah Hanna berani masuk ke dalam rumahnya. Di saat seperti ini Hanna benar-benar mengandalkan Julian, entah apa yang ia lakukan jika ia benar-benar berencana untuk pulang sendiri kerumah. Julian tersenyum melihat Hanna yang tengah menatapnya.

                   “Jangan diliatin sampe segitunya juga kali, berasa jadi pahlawan di malam hari gue”

                   “Eh sapa yang liatin lu, lebih indah kali dinding gue dari pada lo”

                   “Dasar bocah lo, awas aja ya nanti kepincut sama Julian Aldibara Borez yang lebih ganteng dari oppa Lee minho yang lo kagumin itu”

                   “Halu aja lo tingkat dewa, pulang sana noh”

                   “Gitu ya habis di bantuin malah ngusir lo”

                   “Suka – suka gue, yang tuan rumah juga gue blee” ucap Hanna dengan menjuluri lidahnya layaknya anak kecil.

              Selepas pulangnya Julian sekarang Hanna seorang diri dirumah yang cukup besar ini, ia sedang menunggu kedatangan neneknya dan juga kedua orang tuanya. Jam dinding-nya menunjukkan pukul 19.35 WIB. Sangat sepi rasa takutnya mulai menghampiri dirinya, bahkan ia belum sempat untuk membersihkan diri.

                   “Drrt...drrt...drrtt” hanphone Hanna bergetar kemudian ia menjawab telpon dari seseorang yang membuatnya melupakan rasa takutnya, orang itu adalah Leonardo Edwin. Seorang lelaki yang ia kagumi kini selain Lee Minho.

||

             

Disisi lain Julian yang baru saja membersihkan dirinya tengah berdiri di balkon kamarnya dengan handuk yang masih ia gantungkan di pundaknya, air yang menetes dari rambutnya itu membasahi kaos putihnya. Julian menatap ke arah rumah Hanna ia masih memikirkan apakah Hanna baik-baik saja dirumahnya seorang diri dan pastinya Hanna belum makan, kemudian Julian menemui bibik Nunung yang merupakan pembantu rumah tangganya untuk membuatkan nasi goreng untuk dirinya dan Hanna. Julian kembali ke kamar dan mengambil handphone-nya kemudian mencari nomor kontak seseorang  yang tersimpan di handphone-nya  dan melakukan panggilan kepada salah satu kontak yang tertulis “Hanna BAWEL”  namun anehnya nomor Hanna kini sedang berada dalam panggilan lain. Julian bingung Hanna bukanlah tipe orang yang suka telpon-telponan ia biasanya lebih memilih chat walaupun itu dengan kedua orang tuanya, lalu dengan siapa ia sekarang sedang menelpon.

              Julian memutuskan untuk membawa nasi goreng miliknya dan Hanna kerumah Hanna. Baru saja ia hendak membuka pintu rumah Hanna, Julian mendengar tawa Hanna yang terdengar sangat bahagia. Kemudian tanpa memberi salam Julian langsung masuk, Julian melihat  Hanna sedang asik mengobrol dengan seseorang di telpon. Julian diam-diam berjalan mendekati Hanna ia berencana mengagetkan Hanna, Julian berjalan sepelan mungkin agar keberadaannya tidak diketahui oleh Hanna.

                   “WOYYY, BOCAH NGAPA YA ” teriak Julian membuat Hanna terkejut, cubitan dari Hanna-pun tak mampu dihindari.

                   “Julian lo apaan sih, gue kaget tau”

                   “Ya emang tujuan gue mau lo kaget cebong”

Hanna tidak mendengarkan ucapan Julian ia kembali fokus pada handphone-nya, Julian yakin bahwa yang bicara ditelpon itu bukan orang tua Hanna. Lalu dengan siapa Hanna sedang asik mengobrol sekarang?. Julian sebelumnya menyimpan nasi goreng tadi di meja ruang tamu, kemudian Julian membuntuti Hanna yang pergi ke balkon atas kamarnya.

“ Bisa kok kak, besok kak Leo datang aja kerumah Hanna.”

              Begitu percakapan Hanna dengan seorang yang kini Julian sudah ketahui identitasnya, Julian terbungkam seribu bahasa mendengar percakapan itu. Manisnya tutur kata Hanna kepada Leo benar-benar membuat hati Julian remuk berkeping-keping bagaimana laki-laki lain bisa dengan mudah mendapatkan perlakuan yang manis dari Hanna namun mengapa dengan dirinya yang selalu mendapatkan perlakuan sebaliknya.Julian hendak kembali pulang kerumahnya, namun keberadaannya disana diketahui oleh Hanna.

                   “Lo ngapain disini sih?” tanya Hanna setelah mengakhiri percakapannya dengan Leo.

                   “Suka-suka gue” jawab Julian singkat

                   “Ada perlu apa lu?”

                   “Nggak ada”

                   “Lo kenapa sih? Lo ngambek gara-gara gue cubit tadi ya?” ucap Hanna pelan

                   “Emang lo pikir gue bocah kaya lu”

                   “Kok lo nge-gas sih, gue kasi hati malah minta jantung”

                   “Oh, yakin lo ngasi  hati lo buat gue bukannya hati lo udah buat Leo ya”

                   “Julian lo kok baperan gitu sih”

                   “Dibilang juga suka-suka gue” jawab Julian membentak, susah baginya menahan emosi yang berkecamuk di dalam dadanya sekarang.

                   “Julian lo kok marah-marah gitu sama gue sih, salah gue apa” teriak Hanna tak mau kalah dengan Julian nampak mata Hanna menahan air mata.

                   “Ini bukan salah lo gue aja yang bego, lo kenapa malah nangis sih?”

                   “Lo yang kenapa bentak-bentak gue?”

                   “Udah gak usah nangis lagi, di meja ruang tamu ada nasi goreng lo makan sana. Gue mau balik” ucap Julian dingin.

              Setelah mengatakan hal itu Julian beranjak pergi meninggalkan Hanna, sedangkan Hanna masih bingung hal apa yang ia lakukan hingga Julian marah seperti itu. Sesampainya di rumah Julian langsung masuk ke kamarnya, mood-nya benar-benar jelek saat ini. Pikirannya melayang kemana-mana.

                   “Apa emang benar Hanna suka sama Leo?, kenapa selama ini Hanna tidak mengerti dengan perasaan gue sih?, apa emang iya Hanna benar-benar menganggap gue sebagai musuh dari lahirnya doang? Kenapa lo bego sih Julian lo sama Hanna itu sama aja seperti Tom & Jerry yang bakalan selalu musuhan sampai kapan-pun persaan lo itu hanya kebodohan lo. Emang iya Tom & Jerry bisa baikkan?. Pokoknya sekarang lo harus lupain tuh kecebong, lo tuh Julian Aldibara Borez mau cari cewe lebih dari si kecebong juga lu bisa.” Oceh Julian panjang merasa bodoh dengan apa yang ia rasakan selama ini.

              Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, tapi Hanna belum tidur juga. Hanna sedang menunggu kedatangan neneknya, yang sebentar lagi akan tiba dirumahnya.

                   “Tint...tint” suara klakson yang membuyarkan lamunan Hanna, ia tahu bahwa mobil itu adalah milik ayah dan mamanya.

                   “Ayah nenek kok belum datang-datang?” tanya Hanna ketika ayahnya baru saja turun dari mobil.

                   “Ini nenek datang sayang” ucap perempuan yang baru saja keluar dari mobil ayahnya yang merupakan seseorang yang selama ini ia rindukan. Perempuan paruh baya itu adalah Rosania Wanjaya.

                   “Ya ampu nenek, loh yah bukannya kata ayah nenek bakalan dijemput sama staf kantor?”

                   “Enggak jadi kebetulan ayah dan mama meetingnya gak lama”

                   “Hanna tolong bantu nenek ya bawa koper nenek ke kamar” pinta Mona

                   “ok ma”

 

              Malam itu mereka tidak banyak mengobrol mungkin karena lelah, mereka memutuskan untuk beristirahat di kamar masing-masing. Begitu juga dengan Hanna yang kini sudah tertidur pulas, melupakan sejenak kebingungan dan sifat aneh Julian kepadanya.

||

Novel Three Hours Hearing Your Love by Dhea Puspita (Part 1)

 

HANNA SALSABILA WANJAYA

 

              Pagi di 21 Desember 2018 ini sama saja seperti pagi biasanya di Banten,  Hanna terbangun karena suara ribut dari benda bulat berwarna biru muda yang ia simpan di atas nakas, benda itu adalah jam weker kesayangannya. Hanna terbangun tepat pukul 05.30, dengan langkah gontai ia berjalan menuju meja belajarnya karena ia harus menyelesaikan tugas sekolahnya yang tertunda semalam karena ngantuk yang tak tertahan.

              Tiba – tiba pintu kamarnya terketok “ tok..tok..tok, Hanna ayo bangun nak?” Hanna bergegas membuka pintu tepat dibalik pintu terlihat wajah seseorang wanita yang cantik layaknya bidadari, wanita  yang bernama Monatania Wanjaya itu merupakan mama Hanna.

                   “selamat pagi mama” sapa Hanna pada mamanya

                   “ya selamat pagi sayang, Hanna mari bantu mama siapkan sarapan?”

              Maklum saja Mona tidak memiliki pembantu rumah tangga selain itu Hanna juga merupakan anak perempuan  semata wayang sudah selayaknya ia mengajarkan anaknya untuk turun tangan dalam urusan dapur.  

                   “yah mama, maaf Hanna harus menyelesaikan tugas Hanna karena pagi ini akan  dikumpul”

“ ia deh, kerjakan saja tugasnya. Hanna mau sarapan apa hari ini?” tanya mama

“hmmm Hanna mau makan nasi goreng buatan mama Hanna yang sangat cantik sedunia” gombal Hanna pada mamanya.

                   “ok tuan putri” balas mama Hanna.

              Sekarang tepat pukul  6 pagi Hanna masih berkutat dengan tugasnya, Hanna tidak menyadari munculnya sang mentari yang sinarnya menembus horden birunya mungkin karena ia terlalu serius ditambah lagi dengan earphone biru yang ada ditelinganya yang mendengarkan lagu dari HanHae yang berjudul LOVE.

                   “Hanna kenapa belum siap-siap ke sekolah nak? udah jam 6 loh” suara mama yang mengagetkan Hanna.

                   “eh mama, ya ampun Hanna bakalan lambat nih ma. Makasih mama ku yang cantik”

                   “ia sana buruan mandi, mama tunggu di meja makan ya”ucap mama seraya berjalan keluar kamar Hanna.

              Hanna menyambar handuk doraemonnya yang bergantung tepat di sebelah lemari bajunya dan bergegas menuju kamar mandi,setelah beberapa menit kini Hanna telah duduk di depan meja hiasnya, ia memberi sedikit liptint dibibir mungilnya tidak lupa sedikit bedak untuk menutupi kantung mata hitamnya yang ia dapat karena mengerjakan tugas hingga larut malam. Sekali lagi ia menatap dirinya di cermin untuk memastikan penampilannya rapi seperti biasanya. Kemudian ia merapikan buku dan peralatan tulisnya dan memasukkan ke dalam tas ransel miliknya.

              Hanna kembali melihat ke dalam ransel birunya, mengecek apakah ada barang yang ketinggalan. Dari bawah terdengar suara mama yang memanggil Hanna untuk cepat turun ke bawah, hal itu membuat Hanna bergegas turun.

              Ia menemui ayahnya di meja makan  “selamat pagi ayah” sapanya pada ayahnya yaitu Roland Wanjaya yang sedang membaca koran sembari menikmati kopi pagi.

                   “Pagi juga my princess” jawab ayah Hanna dengan senyum lebar di bibirnya.

                   “Hanna ini nasi goreng untuk mu nak” ucap Mona sembari memberikan sesendok nasi goreng di piring hanna.

                   “Hmm enak mama, mantap nih” puji Hanna.

                   “Oh ia hari ini ada kabar gembira loh” ucap Roland yang membuat Hanna penasaran

                   “Ada apa ayah?”tanya Hanna yang sangat penasaran

                   “Hari ini nenek akan datang kerumah kita” jawab Roland, sontak membuat Hanna sangat kaget mendengar hal itu.

                   “Hah nenek hari ini datang kerumah kita? Ayah serius kan yah?”

                   “Ia hanna sayang” jawab Roland

                   “Yeeeee” sorak Hanna sangat bersemangat, bagaimana tidak sudah lebih dari 4 tahun lamanya Hanna tidak bertemu dengan neneknya, hal itu karena nenek  Hanna tinggal di Jakarta  tentu ia sangat menunggu moment ini untuk saling bertukar rindu bersama neneknya.

                   “Sebentar kita jemput nenek di bandara bareng-bareng ya, nanti mama dan ayah jemput Hanna di sekolah” ucap Mona.

                   “Wih asik Hanna bakalan di jemput ayah dan mama” ucapnya semangat bagaimana tidak dari SMP Hanna sudah tidak dijemput ataupun diantar lagi oleh orang tuanya. Hanna sudah terbiasa berangkat ataupun pulang sekolah menggunakan angkot dan Gojek hal itu disebabkan orang tua Hanna yang sangat sibuk dengan pekerjannya.

                   “Ayah bagaimana setelah kita menjeput nenek dari bandara kita pergi ke pantai Anyer Banten karena beberapa hari ini di sore harinya akan ada festival, hanna yakin itu bakalan seru” pinta Hanna pada ayahnya

                   “Ok deh, apasih yang enggak buat putri ayah ini. Kebetulan juga ayah udah atur jadwal untuk sore dan malam nanti”

                   “Yee,ayah Hanna yang terbaik. Love you”

||

 

              Sekali lagi Hanna melihat jam cokelat kecil yang melingkar ditangannya, kini ia sangat resah karena sebentar lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup tepat dipukul 07.15 WIB. Rok abu-abunya berkibar layaknya bendera karena tiupan angin akibat abang ojek yang melajukan sepeda motornya sedikit laju atas perintah Hanna.

                   “Bang stop...stop...stop” perintah Hanna pada abang ojek, kemudian dengan sigap abang ojek menarik rem motor hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

                   “Ada apa neng ?”tanya abang ojek.

                   “Lah bang inikan sekolah saya, masa mau dilewatin kan tujuannya emang kesini” ucap Hanna sedikit kesal kepada abang ojek.

                   “Ya maaf neng, lagi gak fokus nih abisnya semalam cekcok sama pacar” ucap bang ojek sambil cengar-cengir.

                   “Yaelah abang curhat, nih bang ongkosnya dah ketutup nih pagar sekolah Hanna” ucap Hanna memberikan uang selembaran RP. 20.000,00.

                   “Ok makasih neng, yang rajin belajarnya biar gak kaya abang jadi tukang ojek mana bucin pula” canda abang ojek kepada  Hanna.

                   “Ia bang, baikan ama pacarnya bang biar fokus kerjanya kasian tuh nanti penumpangnya bang” teriak Hanna seraya lari menuju gerbang sekolahnya.

                   “Aduh udah kekunci lagi pagarnya, pasti pak Saiful udah masuk kelas juga nih. Aku harus bisa masuk kalau enggak bakalan rugi PR biologi yang aku buat susah-susah. Kan karena ini juga aku lambat” pikir Hanna membatin tidak jauh dari Hanna berdiri terlihat seorang laki-laki berbadan gempal yang berjalan mendekatinya.

                   “Lah neng Hanna Salsabila Wanjaya kenapa tumben lambat neng?” tanya pak Agus seraya membaca name tag yang terkait di kemeja putih Hanna. Pak agus merupakan satpam dari SMA Harapan Bangsa yang merupakan sekolah bertaraf internasional.

                   “Hmm itu pak anu... tadi kan abang ojek yang Hanna tumpangin lagi galau, eh terus abangnya curhat  ya mau nggak mau Hanna tanggepin dong pak. Karena ngobrol abang ojeknya bawa motornya pelan, kan gak enak Hanna sama abang ojeknya kalau gak didengerin curhatannya. Bapak kan tau sendiri kita sebagai manusia harus saling menolong” jawab Hanna yang kelagapan karena tidak tau harus membuat alasan apa kini hatinya terus membatin karena alasannya tidak sepenuhnya benar.

                   “Ada-ada aja neng Hanna,emang neng ada nolong apa sama abang ojeknya?”

                   “Lah pak agus mah, kan Hanna ngebantu dengerin curhatan bang ojek, karena Hanna dengerin curhatan bang ojeknya bisa lega dan gak beban lagi. Nah itu tandanya Hanna udah nolong abang ojek, jadi anggap aja itu penerapan dari pelajaran agama dan pkn yang Hanna dapetin di kelas pak” ucap Hanna asal bicara.

                   “Oh gitu ya udah, lanjutin aja neng nolong bang ojeknya biar dapat 100 nilai ketrampilannya ” ledek pak Agus.

                   “Yah kok gitu sih pak, pliss kasih Hanna masuk. Kan Hanna baru sekali ini lambat” pinta Hanna memelas.

                   “Hmm ok deh, cepetan masuk neng. Tapi janji jangan lambat lagi ntar pak Agus dimarah ama kepsek lagi”

              Ucapan pak Agus tadi disambut dengan senyuman manis melebihi manis dari gulali kesukaan Hanna, hingga penjaga sekolah itu-pun tak luput terpesona dari kecantikan Hanna ditambah dengan lesung pipi di setiap kiri dan kanan pipinya.

“Ok pak, Hanna janji gak bakalan lambat lagi” jawab Hanna dengan membentuk jari peace.

              Tiba – tiba saat Hanna akan beranjak masuk, terdengar suara decitan motor  yang  mengagetkan Hanna dan tentunya pak Agus karena ditarik keras oleh pengendaranya. Belum lagi suara dari knalpot  bogar yang dikelurkan dari motor itu yang sangat mengganggu pendengaran. Sang pengendara dengan celana abu-abunya itu dengan percaya diri membuka helm dan ternyata orang-orang dibalik helm itu adalah Julian Aldibara Borez bersama teman-teman geng-nya yang bernama trio-gans yang berarti tiga laki-laki ganteng yaitu Kenny Deniel Handoko dan Aldo Juan Prasasta, tak sepenuhnya salah sebenarnya mereka memberi nama geng mereka seperti itu karena faktanya ketiga lelaki ini memang memiliki penampilan yang menarik apalagi dimata kaum wanita. Julian sendiri merupakan cowok tampan berdarah Italia yang memiliki mata elang, hidung layaknya perosotan anak-anak dan tidak lupa dengan kulit putihnya yang merupakan hasil pernikahan Alex Kristiano Borez dengan Teristiana Ayu Borez. Julian adalah tetangga dan merupakan teman Hanna dari kecil tapi entah mengapa mereka berdua ini susah untuk akur seperti kartun kesayangan mereka berdua Tom and Jerry. Ejekkan yang selalu menjelekkan pribadi masing-masing tidak akan terhindari jika mereka berdua bertemu.

                   “Wihh sejarah baru si Hanna Salsabila Wanjaya anak cupu dateng lambat” ucap Julian tanpa merasa bersalah yang kemudian terdengar gelak tawa dari teman-temannya.

                   “Apaan sih lu, bacot amat pagi-pagi. Oh ia pak jangan dimasukkin tuh Julian sama dayang-dayangnya udah lambat banget mereka” kesal Hanna seraya berjalan masuk.

                   “Enak aja lu ngomong kecebong, lu juga lambat kali. Kalau lambat ya tetap lambat”

              Oceh Julian membela di tambah lagi dengan ocehan sahabatnya yang tak terima kata-kata Hanna tadi. Namun ocehan mereka tidak didengarkan oleh Hanna yang telah masuk ke sekolah.

||

 

              Hanna berjalan melewati koridor kelas dengan menjinjitkan kakinya agar tidak terdengar bunyi dari setiap langkahnya. Hanna sangat malu jika ketahuan lambat, dan ini adalah kali pertama Hanna lambat sebenarnya. Kini Hanna sedang berdiri tepat di pintu kelas X-1 yang merupakan kelasnya sendiri, jantungnya berdebar tak karuan. Hanna mencoba mendengar apakah ada suara pak Saiful di dalam kelas namun Hanna tak mendengar sedikitpun suara dari kelasnya bahkan suara brisik dari teman-temannya, akhirnya Hanna memutuskan untuk mengintip lewat celah pintu yang tak tertutup rapat, tiba-tiba pintu terbuka dari arah dalam dan tentu hal itu tentu mengagetkan Hanna.

                   “Pak...pak... maafin Hanna lambat, Hanna gak sengaja kok lambatnya gara-gara abang ojeknya kok pak” ucap Hanna ketakutan dengan kepala yang menunduk karena takut melihat kemurkaan dari guru biologinya itu.

                   “Dek.. dek kenapa lu” sontak suara itu mengagetkan Hanna, karena Hanna yakin itu bukan suara pak Saiful dan benar saja suara itu adalah suara kak Leo yang merupakan pengurus osis tampan disekolahnya.

                   “Eh kak itu anu... tadi kirain pak Saiful” jawab Hanna cengengesan.

                   “Guru-guru pada gak masuk kelas, soalnya lagi rapat. Jadi biar siswa gak kemana-mana disuruh kepsek buat sosialisasi dadakan deh di auditorium. Lo kesana juga ya!” ucap Leo memberi informasi.

                   “Eh ia kak, pantesan tadi pas Hanna lewat di koridor kelas pada sepi” ucap Hanna yang kemudian membuntuti pengurus osis tampan di depannya.

                   “Eh BTW kakak tadi lagi apa dikelas Hanna?” tanyanya penasaran.

                   “Gue cuma ngecek kelas aja sih, sapa tau ada siswa yang enak-enakan molor di kelas” ucap Leo senyum dengan gigi ginsulnya yang membuat siapapun pasti meleleh dibuatnya tanpa terkecuali Hanna.

                   Hanna memasuki ruangan audit yang dipenuhi dengan siswa, hampir semua siswa disana memusatkan perhatian mereka kearahnya. Tapi Hanna tau itu bukan karena ada dirinya melainkan karena didepannya ini terdapat kakak Leonardo Edwin cogans dari pengurus osis.

                   “Hanna sini lu” teriak Cloudya Larastya Devaro yang merupakan sahabat Hanna, melambaikan tangannya yang kemudian dibalas anggukan oleh Hanna.

                   “Tumben-tumbenan lu lambat han, ngapa lu?” tanya Cloudya kepo.

                   “Biasa gue nyambung kerja tugas pagi, eh malah keasikan lupa ama waktu” jawab Hanna fokus sama pemabawa materi sosialisasi.

                   “Lo udah kerja pr pak Saiful, gue liat ya?” pinta Cloudya dengan wajah sok imutnya.

                   “Boleh aja sih yang penting traktir gue makan di kantin sayang-sayang,ok?” pinta Hanna dengan memperlihatkan senyum jahatnya.

                   “Ih kok gitu sih, ama temen sendiri juga ”jawab cloudya yang manyun-manyun.

                   “Suit..suit..suit” bisik seseorang dibelakang Hanna yang memutuskan pembicaraannya dengan Cloudy, seseorang itu tidak lain adalah Julian tidak lupa dayang-dayangnya yang selalu ada dimana-pun julian berada.

                   “Apaan sih curuk butuh perhatian ya, kasian amat gak ada yang perhatiin lu” ejek Hanna puas.

                   “Kecebong tau apa lu, lebih ngenes lo kali dari pada gue” cemoh Julian karena mengetahui bahwa Hanna memang tidak pernah mengalami hubungan asmara hingga saat ini.

                   “Kalian tuh ya, udah sama-sama ngenes juga saling sok paling bahagia aja. Hati-hati loh gue sering nonton ftv dari benci jadi cinta lo” ucap Kenny disambung gelak tawa dirinya dan Aldo.

                   “Bacot aja lu curut, diem bisa gak sih. Mau gue tampol tu bibir pake swallow” sengit Hanna membuat gelak tawa itu tidak terdengar kembali, karena mereka tau Hanna tidak pernah main-main dengan kata-katanya.

            Omongan Kenny itu sebenarnya ada benarnya karena Julian memang merasa ada percikan-percikan rasa suka di hatinya saat ia melihat Hanna. Tapi ia bingung wajarkah seorang teman mencintai temannya sendiri? Tanpa ia sadari sedari tadi mata Julian terus saja menatap punggung  gadis di depannya ini, dan hal itu terlihat oleh Kenny dan Aldo.

                   “Bro lu kasian banget deh gue lihat, udahlah jangan gengsi lo” ucap Aldo menggetkan Julian dan mengalihkan pandangannya kepada Aldo.

                   “Apaan sih lu, gue lagi lihat pemateri kok” ucap Julian beralasan

                   “LOL banget lu, gue kasi tau lo ya, lo Cuma lihat dia dari belakang nah sedangkan noh si Leo merhatiin si doi dari depan pake acara senyum-senyum lagi.” Ucap Kenny dan menunjuk ke arah depan. Dan memang benar yang dikatakan Kenny, saat ini hati Julian benar-benar hancur melihat Hanna juga membalas senyum dari Leo. Dalam hatinya ia sangat marah, kecewa dan sedih tapi seharusnya perasaan itu tidak pantas untuk ia miliki karena apa hak ia atas Hanna.

              Dan kini mood Julian benar-benar tidak bagus, ia harus melihat orang yang ia suka sedang di dekati oleh orang lain, hingga sosialisasi brakhirpun Julian masih saja kaku menahan emosi sedangkan kedua temannya yang mengerti dengan persaannya kini hanya terdiam. Julian benar-benar ingin rasanya ia berjalan kedepan dan menonjok bibir Leo yang sedari tadi cengar-cengir mirip kuda itu.

              Hanna melihat jam cokelat kecilnya yang menunjukkan pukul 01.30 pantas saja cacing diperutnya sudah meronta kelaparan karena memang sudah melewati jam makan siang Hanna.

                   “Cloud makan kuy?” ajak hanna

                   “Kuy lah, laper juga gue nih” ucap Cloud kemudian dua remaja cantik itu meninggalkan gedung auditorium menuju kantin sayang-sayang. Mereka memilih duduk dibagian sudut kantin, ada beberapa alasan mereka selalu duduk disana saat makan dikantin yang paling pertama adalah kakak kelas. Mereka sudah sangat muak dengan drama kakak kelas yang disalamin tidak menyaut dan tidak disalamin bakalan nge-hujat.

                   “Sumpah gila ya tuh si anak osis ngadain sosialisasi setengah harian, jahat banget deh mereka Cloud kesel...kesel... benci banget deh” ucap Cloudya dengan menirukan suara khas anak-anak.

                   “Udah deh cloud jangan lebay lu” ucap hanna tegas.

                   “Kalau menurut gue sosialisasi tadi bermanfaat banget tau untuk membuka pemahaman orang lain, biar gak kaya lo semua” tambah Hanna yang tentunya membuat cloud kesal.

                   “Apaan juga, masa sosialisasi tentang orang kebutuhan khusus sama kita kan gak cocok Hanna.”

                   “Ini nih makanya dengan adanya sosialisasi ini bisa ubah mindset kita biar lebih maju, lo itu orang yang harus bersyukur karena gak ada cacat apa-apa. Fisik lo lengkap, nah sebagai manusia yang memiliki martabat tinggi dimata tuhan kita itu harus bisa membimbing teman kita yang sedang berada di fase seperti itu” celoteh Hanna panjang untuk sahabatnya. 

                   “Se aeee lu aja Han, gue mau makan laperrr banget” jawab Cloudya menutup perdebatan karena Cloud tau berdebat dengan Hanna tidak akan bisa melihat garis akhirnya.

                   “Yes, tinggal satu jam setengah lagi nih kita pulang” ucap Hanna semangat mengingat rencana pagi tadi bersama ayah dan mamanya.

                   “Tumben amat lu semangat mau pulang, biasanya juga lu kesel habisnya mau digombalin ama bang supir angkotnya” ucap Cloud meledek Hanna.

                   “Enak aja lo, kali ini gue bakalan dijemput ama ortu gue” jawab Hanna percayadiri

                   “Wiss, akhirnya Hanna dijemput juga lu sama ortu lo, terharu gue Han” canda Cloud lebay membuat Hanna kesal.

                   “Resee luu, kudanil” jawab Hanna kesal.

                   “Ngambekan aja lu kadal” balas Cloudya.

                   “Otak lo tuh yang kadal, anter gue ke kamar mandi yuk?”

                   “Sorry nih ratu, gue mau ama boyfriend ganteng gue” ucap Cloudya menunjuk Kenny yang sudah menunggu di depan pintu kantin.

                   “udah sono nanti pangeran lu di embat orang lain lagi” kekeh Hanna.

Novel Three Hours Hearing Your Love by Dhea Puspita (Part 2)

  E MANG   TOM & JERRY BISA BAIKAN?             Kini Hanna telah mengganti pakaian putih abu-abunya dengan dress selutut berwarna abu-...